Rabu, 24 Juni 2009

PANGKALAN BELAJAR TKI PERBATASAN

Pendidikan Kesetaraan di Perbatasan

Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan....begitulah bunyi pasal 31 UUD 1945 ayat 1. Dilanjutkan dengan ayat yang kedua bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Terkadang kami juga lupa dengan bunyi ayat tersebut, karena hafalan pasal per pasal UUD 1945 yang telah dirumuskan semenjak Indonesia merdeka tersebut hanya dibaca dan dihafalkan semasa kami di SD dulu.
Awal keterlibatan kami di wilayah perbatasan ini adalah berdasarkan pengalaman tim kami yaitu mahasiswa KKN dari Universitas Negeri Jakarta untuk memberdayakan PKBM yang ada serta merintis PKBM baru di perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini, tepatnya di Kurima Kabupaten Yahukimo dan Wamena Kabupaten Jayawijaya Propinsi Papua. Untuk menjangkau satu titik layanan saja kadangkala kami harus berjalan hingga 2 hari satu malam, karena pada saat itu memang infra struktur jalan sedang dirintis, dalam perjalanan menuju


titik layanan, kami dipandu masyarakat lokal, bila kemalaman kami menginap di rumah penduduk yang sangat unik, masyarakat disana menamai tempat tingggal tersebut “HONAI”. Padahal di bawah honai itu biasanya ada kandang babi. Semula kami merasa tidak nyaman karena memang tidak biasa tidur beralaskan jerami halus, apalagi kebiasaan orang pedalaman yang jarang mandi, tentu bisa dibayangkan. Belum lagi masalah keamanannya, karena ada salah satu rekan kami hampir ditombak oleh kelompok separatis karena dikira tentara, dengan perdebatan yang panjang melalui rekan kami dari suku asli Papua akhirnya kami selamat hingga hari ini.
Berangkat dari pengalaman itu, mendorong kami untuk mendirikan sebuah lembaga yang dapat mengakomodir dan memayungi kegiatan yang kami lakukan selama ini, seperti ikut berpartisipasi dalam membantu korban tsunami di Aceh, gempa di Yogya, tsunami di Pangandaran, dan beberapa kegiatan kemanusiaan serta pendidikan lainnya, lembaga tersebut kami beri nama Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Serat Bangsa yang artinya Penguat Bangsa.

Perjalanan Rintisan Pangkalan Belajar di Kabupaten Nunukan

Kabupaten Nunukan termasuk salah satu daerah pintu keluar masuk dari Indonesia ke Malaysia serta membanjirnya para TKI (Tenaga Kerja Indonesia) dari negeri Jiran. Meski letaknya jauh dari Ibukota Propinsi Kalimantan Timur (Samarinda) namun Kabupaten Nunukan dengan luas wilayah 14.493 km3 yang tersebar dalam 7 kecamatan (Krayan, Krayan Selatan, Lumbis, Nunukan, Sebatik, Sebuku, dan Sembakung) masih memerlukan layanan pendidikan.


Karena keterbatasan jangkauan layanan, maka lembaga atau instansi yang memberikan layanan pendidikan non formal khusunya pendidikan kesetaraan sangat dibutuhkan. Berdasarkan pengalaman kami di perbatasan, semakin terbukalah wawasan dan rasa syukur kami kepada sang pencipta. Betapa beruntungnya kami ini yang tinggal di Pulau Jawa terutama di Ibukota negara dengan segala fasilitas dan kemajuan yang ada. Kami mulai mengaplikasikan visi dan misi lembaga kami. Dimulai dari daerah perbatasan antara Indonesia dengan Sabah-Malaysia, yaitu di Kabupaten Nunukan Propinsi Kalimantan Timur. Berbekal bantuan dana dari Direktorat Pendidikan Kesetaraan serta kemampuan dari Tim Serat Bangsa, kami mulai menghubungkan dan memberdayakan 2 pangkalan belajar yang sudah ada di daerah perbatasan, yaitu Pangkalan Belajar Kesusteran Gabriel Manek dan Pangkalan Belajar Hidayatullah Nunukan serta dikosentrasikan di Lumbung Belajar Binusan, Kabupaten Nunukan

Kegiatan di Kabupaten Nunukan ini kami bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pertama menyelesaikan program jangka pendek, antara lain :
1. Merekrut dan membimbing 27 tutor yang siap melayani Pendidikan Kesetaraan TKI Perbatasan.
2. Merekrut Peserta didik sebanyak 394 orang yang terdiri dari : 254 orang di Sabah-Malaysia dan 140 orang di Nunukan Indonesia.
3. Membuat database warga belajar: untuk yang beragama Islam di Pangkalan Belajar Hidayatullah Nunukan dan untuk yang beragama kristen di pangkalan belajar Gabriel Manek Nunukan.
4. Mendirikan 2 pangkalan belajar baru di wilayah perbatasan, yaitu Pangkalan Belajar Ibu Anfrida. SSpS dan Pangkalan belajar Hidayatullah Sebatik.
5. Melayani Kelas Jauh di Camp-camp Perkebunan Kelapa Sawit di Tawau Sabah Malaysia.
6. Menjalin Kerjasama dengan Lembaga Mitra dalam upaya kesinambungan Pendidikan Kesetaraan yang sudah dibentuk/ didirikan.
Bimbingan Teknis Tutor
7. Mendirikan Forum Tutor dan membuat SK Forum Tutor untuk komunikasi antar Tutor dalam rangka peningkatan layanan maupun akses pendidikan Kesetaraan bagi TKI Perbatasan.
8. Mendirikan Perpustakaan/ Taman Bacaan di pangkalan belajar rintisan TKI perbatasan.
9. Melengkapi prasarana belajar di setiap pangkalan.
10. Membuat MOU atau Akad Kerjasama antara Yayasan Serat Bangsa dengan pangkalan-pangkalan belajar rintisan.

Kemudian melaksanakan program jangka menengah, antara lain: Melaksanakan tes penempatan dan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan di lokasi Model Percontohan camp-camp Perkebunan Sawit Sabah Malaysia, bekerjasama dengan : Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sabah Malaysia, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, Lembaga dalam negeri dan luar negeri.
Selanjutnya adalah melaksanakan program jangka panjang, antara lain: Perluasan akses dan pelaksanaan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan diseluruh camp-camp perkebunan sawit wilayah Sabah Malaysia dan kilang sawmill, bekerjasama dengan : Direktorat Pendidikan Kesetaraan Ditjen PNFI Depdiknas, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sabah Malaysia, Atase Pendidikan RI-Malaysia, Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur, Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, SIK (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur), Madrasah Al Musthofawiyah Selangor Malaysia, Kesusteran Gabriel Manek Nunukan, Pondok Pesantren Hidayatullah Nunukan, Kesusteran Ibu Anfrida SSpS Sebatik, Pondok Pesantren Hidayatullah Sebatik, LSM Kemanusiaan Pelangi Nusantara, Humana Fondation Denmark, Syarikat Ladang Sawit Bongalio Development Sdn Bhd wilayah Sabah Malaysia, Syarikat Kilang Sanbumi Sawmill Kalabakan-Sabah Malaysia, serta Felda Plantation Lahadatu-Sabah Malaysia

Untuk melayani pendidikan di titik-titik layanan yang menjadi target sasaran kami di perbatasan khususnya untuk para TKI dan keluarganya serta membuka kelas jauh di Sabah, tentunya dimulai dengan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, baik untuk penentuan lokasi layanannya, tempat pembelajarannya, perizinan, berapa tutor yang akan diterjunkan, dan lain sebagainya. Kemudian identifikasi, baik peserta didik, lokasi kegiatan pembelajaran, dll.

Selanjutnya adalah sosialisasi dan rekrutmen warga belajar, mengenai berapa jumlah warga belajar, penentuan jadwal belajar berdasarkan kesepakatan bersama, serta tes penempatan bagi calon peserta didik. Tes ini kami gunakan untuk mengelompokkan peserta didik yang jumlahnya sangat banyak. Untuk 1 titik layanan saja jumlahnya ± 139 murid, maka setelah tes penempatan tersebut kemudian kami bagi lagi berdasarkan kelompok umur dan keminatan belajar yang terbagi dalam 3 spektrum, lalu kami tentukan model pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing kelompok. Kami mengembangkan model pembelajaran tatap muka, tutorial dan mandiri sehingga di satu titik layanan dalam satu hari kami bisa melayani ratusan peserta didik Paket A hanya dengan 2 orang Tutor.


Jadwal pembelajaran dari Senin sampai dengan Sabtu dengan waktu belajar terbagi dalam tiga sesi untuk di wilayah ladang sawit, yaitu pagi, siang, dan sore, sedangkan di wilayah kilang sawmill terbagi dalam dua sesi yaitu sore dan malam.

Ilmu yang kami berikan tidak hanya dari segi kognitif saja tetapi juga vokasional, seperti keterampilan otomotif berupa service ringan sepeda motor dan tambal ban, keterampilan tata boga yakni membuat tempe dan keripik tempe serta aneka roti, keterampilan tata busana yaitu membuat seragam sekolah dan membuat aneka souvenir, keterampilan tempa besi yakni membuat pacul dan perkakas pertanian, keterampilan sablon, serta keterampilan instalasi listrik rumah sederhana. Keterampilan tersebut diberikan setiap 3 bulan sekali selama 1 minggu dari pukul 08.00-17.00 melalui metode “Dril Skill”.


Membangun Kelas Jauh

Kelas jauh di wilayah Sabah Malaysia kami beri nama Learning Centre Mutiara Borneo 1 yang berlokasi di kilang sanbumi sawmill wilayah Kalabakan serta Learning Centre Mutiara Borneo 2 yang berlokasi di Ladang Sawit Tun Fuad/ Tun Razak wilayah Kunak. Kedua kelas jauh ini sengaja kami buka agar jumlah warga belajar yang bisa kami rekrut dan layani pendidikannya semakin banyak. Biasanya di empat pangkalan belajar yang telah kami rintis yang ada di wilayah Nunukan dan Sebatik Indonesia hanya bisa menampung warga belajar dari Malaysia yaitu TKI ataupun anak-anak TKI dengan jumlah terbatas, karena anak-anak tersebut terkendala masalah dokumen dan biaya untuk sampai ke tanah air sehingga jumlah warga belajar yang bisa direkrutpun terbatas. Oleh karena itu dengan dibukanya kelas jauh di wilayah Sabah Malaysia maka jumlah warga belajar yang bisa terlayani semakin banyak, sesuai dengan motto kesetaraan “menjangkau yang tak terlayani”.
Dalam membangun kelas jauh di negara orang tentunya kami juga harus membangun silaturahmi yang baik dengan masyarakat tempatan dimana kita berpijak. Kami juga berkoordinasi dan membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga yang ada di sana, baik dari dalam maupun luar Malaysia. Setiap tiga bulan sekali kami juga memberikan laporan baik lisan maupun tertulis kepada pihak konsulat yang membawahi bidang pendidikan.

Untuk manajemen pengendalian unit-unit layanan yang tersebar baik di Kabupaten Nunukan maupun di Sabah Malaysia, kami menggunakan pola Sistem Informasi Manajemen yang menggunakan peralatan elektronik seperti telepon genggam (Hp) dan komputer (internet menggunakan fasilitas mitra) untuk berkomunikasi langsung antara unit-unit layanan yang dilakukan terjadwal setiap hari Rabu satu mingggu sekali dan lebih dari sekali apabila ada informasi penting yang perlu disosialisasikan. Selain itu kami pun melakukan kunjungan terjadwal untuk melakukan monitoring dan evaluasi paling tidak setiap tiga sampai dengan empat bulan sekali dalam bentuk Sidak. Alur informasi kegiatan layanan pendidikan kesetaraan dari pusat di Kota Bekasi hingga unit-unit penyelenggaraan di wilayah terpencil.


ALUR INFORMASI MANAJEMEN LAYANAN PENDIDIKAN KESETARAAN

Pola ini tentunya akan memberi keleluasan setiap cabang, ranting, unit-unit penyelengara lapangan untuk mengakses layanan informasi guna perbaikan mutu pendidikan maupun keterisolasian. Oleh karena itu untuk para penyelenggara program paket pendidikan kesetaraan kami menghimbau jangan takut untuk memulai suatu kebaikan mulailah dari suatu mimpi. Sebab Serat Bangsa mempunyai mimpi-mimpi kedepan menargetkan memberikan layanan pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B dan Paket C sebanyak 7000 Warga Belajar yang akan kami layani melalui pendidikan kesetaraan. Optimismenya karena kami juga sudah mengidentifikasi 26 titik layanan yang ada di wilayah perkebunan sawit Bongalio Development Sdn Bhd-Kunak-Sabah Malaysia di bawah naungan perkebunan Sawit Kinabalu. Tutor yang akan kami rekrutpun sudah kami persiapkan berkerjasama dengan PKBM di Jawa dan Luar Jawa seperti SKB di Kab Nunukan, Yayasan Pesantren Hidayatullah cabang Nunukan, para penyelenggara pendidikan kesetaraan di wilayah Kabupaten Nunukan dan sekitarnya. Untuk peningkatan kualitas tutor, kami bekerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta dan institusi lain sebagai nara sumber untuk mendiklat tutor dan calon tutor maupun Nara Sumber Teknis yang menyelenggarakan Pendidikan Kesetaraan.
Ke depan kami berharap melalui pendidikan nonformal semoga anak bangsa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri sebagai TKI berserta keluarganya, mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu, mengingat amanat UU No.39 tahun 2005 tentang penempatan dan perlindungan TKI minimal TKI di luar negeri berpendidikan SMP atau sederajat dapat terpenuhi.